Memperoleh pengakuan dari orang lain akan keberadaan diri dalam
masyarakat merupakan suatu keniscayaan yang diharapkan semua orang. Hal tersebut
menandakan eksistensi kita dihargai dan tidak dipandang sebelah mata oleh orang
disekitar kita.
Bentuk penghargaan dan pengakuan dalam kehidupan merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dari pengertian demokrasi dalam Islam. Dalam proses awal kemunculannya, demokrasi
memang berasal dari Barat. Meski demikian
Islam selalu bersikap akomodatif terhadap semua yang datang dari mana saja,
asalkan selaras dengan nilai-nilai Islam itu sendiri.
Menurut analisis dari para ahli bahwa pemerintahan yang dipimin Rasulullah Saw. merupakan pemerintahan yang paling demokratis yang pernah ada
di dunia. Terbukti dengan adanya piagam Madinah yang terkenal sampai saat ini,
dan menjadi acuan dalam menata hubungan antar warga masyarakat.
Tokoh dunia Barat, salah satunya adalah Robert N. Billah yang
menuliskan dalam bukunya “Beyond Belief” (1976), bahwa Muhammad Saw.
telah membuat lompatan yang sangat jauh kedepan. Selanjutnya menurut Bellah,
Muhammad Saw. telah melahirkan sebuah
konstitusi Madinah, untuk zaman dan
tempat yang sangat modern”.
Sebagaimana diketahui masyarakat Indonesia merupakan suatu simbol
identitas masyarakat yang memiliki nilai-nilai pluralitas, kebinekaan,
keragaman dan kemajemukan masyarakat. Perbedaan-perbedaan yang ada inilah
merupakan sunnatullah (ketetapan Allah). Sebagaimana yang tercantum dalam surah
Al-Maidah/5:48 berikut ini:
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ
بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا
عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ
أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ
وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن
لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ
مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran
dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu;
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan
jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
(Q.S. Al Maidah/5:48).
Melalui ayat diatas kita sebagai umat Islam harus
mengakui bahwa perbedaan-perbedaan dari tiap-tiap umat merupakan rahmat dari
Allah Swt. segala bentuk perbedaan yang ada hendaklah tidak menjadikan manusia
untuk mudah dalam menyulut api permusuhan dan konflik yang berkepanjangan. Melainkan
harus diselesaikan dengan perdamaian sehingga nanti akan tercipta kerukunan.
Jika ada masalah yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, maka salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah dengan menyelesaikannya
dengan musyawarah dan selanjutnya jika masih ada pertentangan maka
kembalikanlah pada sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan hadis.
0 Comments