Mengungkapkan
perusaan dan ingin menyuarakan hak dan dedikasi perjuangan untuk Palestina. Bisa
dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan puisi. Dikutip dari nuonline dan kumparan, berikut tiga puisi pilihan yang bisa dijadikan gambaran
betapa menderitanya rakyat Palestina menghadapi segala bentuk ancaman.
Puisi 1
Apakah Kau Terlalu Bebal atau Aku Terlalu Peka
Karya Gus Mus
Apakah kau terlalu bebal atau aku
yang terlalu peka?
Ketika mobilmu melanda seekor
anjing di jalan
Dan kurasakan derak tengkoraknya
yang remuk digilas ban radialmu
Aku ingin muntah dan kau ngakak
sambil mengumpat “mampus kau, najis!”
Apakah kau terlalu bebal atau aku
yang terlalu peka?
Di depan layar datar televisi
produk mutakhir
Di ruang keluarga yang lapang dan
terang benderang
Kau dan keluargamu menyaksikan
gelombang gelap melanda beberapa kawasan di dunia
Bahkan di negerimu sendiri sambil
melahap pizza dan ayam goreng Amerika
Di layar kaca dalam warna sesuai
aslinya
Kalian lihat asap mengepul
Orang-orang berlarian tanpa arah
Bocah-bocah kurus pucat di pelukan
ibunya yang meraung-raung di samping mayat
Lelaki yang terkapar berbantalkan
sepotong paha kawannya
Terdengar dari speaker stereomu
dentuman demi dentuman
Gelegar meriam berbaur dengan
lengking tangis dan jeritan putus asa anak-anak manusia
Layer kaca terus menayangkan gambar
hidup orang-orang mati dan orang-orang yang berangkat mati
Di Somalia, kerangka-kerangka hidup
rakyat tanpa daya
Di keroyok anjing-anjing dan dikerubuti
lalat-lalat yang juga lapar
Anak-anakmu berebut fried chicken
yang hangat
Seperti politisi-politisi musiman
berebut kursi
Seperti pakar-pakar kambuhan
berebut benar
Puing-puing di Irak, di Libia, di
Syiria, di Yaman meluapkan bau bangkai dan mesiu
Di Gaza, potongan-potongan mayat
bergelimpangandi anatara reruntuhan bangunan
Seperti kena kutuk, kematian dan
pembantaian terus berlangsung di
berbagai belahan dunia
Istrimu menyodorkan piring pizza ke
mukamu
Kau menghirup sedap aromanya
sebentar, lalu menjejalkan sepotong ke mulutmu
Seperti para pengamat yang menjejalkan
potongan-potongan pernyataan ke telinga media yang terbuka
Seperti kelompok muslim kota yang
baru menghirup sedap aroma Islam, lalu menjejalkan sepotong pemahaman mereka ke
mana-mana
Kekuatan dengan dingin terus
menggerus yang lemah
Keganasan dengan bangaa melalap
segala
Kekerasan mencabik-cabik
kemanusiaan
Kengerian mencekam di seantero kota
dan desa
Ibu Pertiwi pun bersimbah darah
Air mata tak putus-putus pula
mengalir di tanah air
Dan kau sekeluarga bersendawa
Setelah mengeroyok makanan Amerika
Dan meneguk kaleng-kaleng Coca-Cola
Seperti para elit politik yang
merasa lega
Manuver mereka berhasil meramalkan
pers Merdeka
Seperti para mualaf metropolitan
yang merasa nyaman meneriakkan takbir jihad dan retorika takwa dan iman
Pemandangan memilukan pun tak mampu
mengusik seleramu
Apalagi tak lama kemudian sinetron
yang seronok dengan cepat membawamu Kembali ke duniamu
Seperti para koruptor tak terusik
oleh berita-berita pengusutan korupsi
Apalagi tak lama kemudian
Berita pengusutan itu menguap tak
berkelanjutan lagi
Apakah kau terlalu bebal atau aku
yang terlalu peka?
Kau dan kawan-kawanmu menyaksikan
ibu dan saudara-saudaramu diperkosa dan dilecehkan
Dan zakar kalian tegang seperti menonton
film biru picisan
Seperti para cerdik pandai dan
jurkam partai yang orgasme mendengar suara mereka sendiri
Oh, virus apa gerangan yang telah
menyerang nurani kalian?
Pemandangan yang mengerikan pun tak
mampu mengganggu nafsumu
Apalagi segera datang tayangan gosip
selebritis yang penuh gelak tawa
Mengasyikkan dan menghiburmu
seperti para pemimpin yang tak terganggu oleh keluh kesah keresahan rakyat
mereka
Apalagi segera datang dukungan dari
kawan untuk mempertahankan kedudukan
Bila kau dan kawan-kawanmu sesekali
membicarakan bencana kemanusiaan ini di kafe-kafe
Sambil mendengarkan para artis
bernyanyi
Atau di hotel-hotel berbintang
sambil mendengarkan para pakar berteori kau pun telah merasa ikut berjasa dalam
mencari solusi
Dan setelah itu kehidupan pun
kalian jalani seperti biasa
Dengan gaya yang sama dan irama
yang sama
Seolah-olah kalian berada di luar
masalah manusia
Puisi 2
Bumi
Palestina
Karya DamayA
r-Rahman
Tembok
pencakar langit di sepanjang jalur Palestina
Pesawat
pembunuh mengancam ganas
Ledakan
meriam memekakkan serta menguasai leuruhnya
Rembulan
tak lagi benderang menyerbuk sinarnya
Suara
berkoar melaknat kemunafikan dengan murka
Api
menjalar pada setumpukan kobarannya
Halililantar
tak bergaris tetapi menghantam perut-perutnya
Tiada
lagi ketentaraman dan ketenangan
Yang
ada hanya tangan Yahudi menjajah habis tubuhnya
Dengan
tusukan tiada ampun baginya
Puisi
3
1987
Karya
Etika Aisya Avicena
Penghujung
Desember kala itu
Langit
kota suci berubah kelabu
Asap
pekat menyeruak
Banyak
bangunan luluh lantak
Penghujung
Desember kala itu
Ribuan
nyawa syahid menemui Rabb-Nya
Warga
Palestina bahu-membahu
Lakukan
perlawanan pada Zionis durjana
Penghujung
Desember kala itu
Palestina
dirundung duka
Jangan
berhenti lakukan sesuatu
Hadirkan
senyum di wajah Palestina
0 Comments