Ticker

6/recent/ticker-posts

Puisi Pilihan tentang Palestina

 



Mengungkapkan perusaan dan ingin menyuarakan hak dan dedikasi perjuangan untuk Palestina. Bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan puisi. Dikutip dari nuonline dan kumparan, berikut tiga puisi pilihan yang bisa dijadikan gambaran betapa menderitanya rakyat Palestina menghadapi segala bentuk ancaman.

Puisi 1

Apakah Kau Terlalu Bebal atau Aku Terlalu Peka

Karya Gus Mus

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?

Ketika mobilmu melanda seekor anjing di jalan

Dan kurasakan derak tengkoraknya yang remuk digilas ban radialmu

Aku ingin muntah dan kau ngakak sambil mengumpat “mampus kau, najis!”

 

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?

Di depan layar datar televisi produk mutakhir

Di ruang keluarga yang lapang dan terang benderang

Kau dan keluargamu menyaksikan gelombang gelap melanda beberapa kawasan di dunia

Bahkan di negerimu sendiri sambil melahap pizza dan ayam goreng Amerika

 

Di layar kaca dalam warna sesuai aslinya

Kalian lihat asap mengepul

Orang-orang berlarian tanpa arah

Bocah-bocah kurus pucat di pelukan ibunya yang meraung-raung di samping mayat

Lelaki yang terkapar berbantalkan sepotong paha kawannya

 

Terdengar dari speaker stereomu dentuman demi dentuman

Gelegar meriam berbaur dengan lengking tangis dan jeritan putus asa anak-anak manusia

Layer kaca terus menayangkan gambar hidup orang-orang mati dan orang-orang yang berangkat mati

Di Somalia, kerangka-kerangka hidup rakyat tanpa daya

Di keroyok anjing-anjing dan dikerubuti lalat-lalat yang juga lapar

Anak-anakmu berebut fried chicken yang hangat

Seperti politisi-politisi musiman berebut kursi

Seperti pakar-pakar kambuhan berebut benar

 

Puing-puing di Irak, di Libia, di Syiria, di Yaman meluapkan bau bangkai dan mesiu

Di Gaza, potongan-potongan mayat bergelimpangandi anatara reruntuhan bangunan

Seperti kena kutuk, kematian dan pembantaian  terus berlangsung di berbagai belahan dunia

 

Istrimu menyodorkan piring pizza ke mukamu

Kau menghirup sedap aromanya sebentar, lalu menjejalkan sepotong ke mulutmu

Seperti para pengamat yang menjejalkan potongan-potongan pernyataan ke telinga media yang terbuka

Seperti kelompok muslim kota yang baru menghirup sedap aroma Islam, lalu menjejalkan sepotong pemahaman mereka ke mana-mana

 

Kekuatan dengan dingin terus menggerus yang lemah

Keganasan dengan bangaa melalap segala

Kekerasan mencabik-cabik kemanusiaan

Kengerian mencekam di seantero kota dan desa

 

Ibu Pertiwi pun bersimbah darah

Air mata tak putus-putus pula mengalir di tanah air

Dan kau sekeluarga bersendawa

Setelah mengeroyok makanan Amerika

Dan meneguk kaleng-kaleng Coca-Cola

Seperti para elit politik yang merasa lega

Manuver mereka berhasil meramalkan pers Merdeka

Seperti para mualaf metropolitan yang merasa nyaman meneriakkan takbir jihad dan retorika takwa dan iman

 

Pemandangan memilukan pun tak mampu mengusik seleramu

Apalagi tak lama kemudian sinetron yang seronok dengan cepat membawamu Kembali ke duniamu

Seperti para koruptor tak terusik oleh berita-berita pengusutan korupsi

Apalagi tak lama kemudian

Berita pengusutan itu menguap tak berkelanjutan lagi

 

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka?

Kau dan kawan-kawanmu menyaksikan ibu dan saudara-saudaramu diperkosa dan dilecehkan

Dan zakar kalian tegang seperti menonton film biru picisan

Seperti para cerdik pandai dan jurkam partai yang orgasme mendengar suara mereka sendiri

 

Oh, virus apa gerangan yang telah menyerang nurani kalian?

Pemandangan yang mengerikan pun tak mampu mengganggu nafsumu

Apalagi segera datang tayangan gosip selebritis yang penuh gelak tawa

Mengasyikkan dan menghiburmu seperti para pemimpin yang tak terganggu oleh keluh kesah keresahan rakyat mereka

Apalagi segera datang dukungan dari kawan untuk mempertahankan kedudukan

 

Bila kau dan kawan-kawanmu sesekali membicarakan bencana kemanusiaan ini di kafe-kafe

Sambil mendengarkan para artis bernyanyi

Atau di hotel-hotel berbintang sambil mendengarkan para pakar berteori kau pun telah merasa ikut berjasa dalam mencari solusi

 

Dan setelah itu kehidupan pun kalian jalani seperti biasa

Dengan gaya yang sama dan irama yang sama

Seolah-olah kalian berada di luar masalah manusia

 

Puisi 2

Bumi Palestina

Karya DamayA r-Rahman

 

Tembok pencakar langit di sepanjang jalur Palestina

Pesawat pembunuh mengancam ganas

Ledakan meriam memekakkan serta menguasai leuruhnya

Rembulan tak lagi benderang menyerbuk sinarnya

Suara berkoar melaknat kemunafikan dengan murka

Api menjalar pada setumpukan kobarannya

Halililantar tak bergaris tetapi menghantam perut-perutnya

Tiada lagi ketentaraman dan ketenangan

Yang ada hanya tangan Yahudi menjajah habis tubuhnya

Dengan tusukan tiada ampun baginya

 

Puisi 3

1987

Karya Etika Aisya Avicena

 

Penghujung Desember kala itu

Langit kota suci berubah kelabu

Asap pekat menyeruak

Banyak bangunan luluh lantak

Penghujung Desember kala itu

Ribuan nyawa syahid menemui Rabb-Nya

Warga Palestina bahu-membahu

Lakukan perlawanan pada Zionis durjana

Penghujung Desember kala itu

Palestina dirundung duka

Jangan berhenti lakukan sesuatu

Hadirkan senyum di wajah Palestina

Post a Comment

0 Comments